Tasikmalaya,TRIBUNPRIBUMI.com – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan, termasuk bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Tahun Anggaran 2025, Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, resmi menjadi salah satu sekolah penerima program revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan.
Sekolah yang berada di wilayah pesisir selatan Tasikmalaya ini dipimpin oleh Hj. Endang Rubiandini, S.Pd., M.Pd., M.Ce., yang selama ini dikenal aktif mendorong peningkatan layanan pendidikan inklusif. Bantuan revitalisasi yang dikucurkan pemerintah diharapkan dapat memperbaiki kualitas lingkungan belajar sekaligus memberikan kenyamanan lebih bagi siswa-siswi penyandang disabilitas.
Wujud Revitalisasi: Ruang Kelas hingga Perkantoran
Ketua Komite Sekolah, Riasidin Gopur Budiansyah, saat ditemui awak media pada Jumat (05/09/2025), menyampaikan apresiasinya atas kepedulian pemerintah. Menurutnya, bantuan tersebut menjadi bukti bahwa pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tidak lagi dipandang sebelah mata.
“Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah pusat maupun daerah yang sudah memberikan perhatian kepada sekolah ini. Bantuan revitalisasi ini sangat berarti, apalagi untuk meningkatkan semangat belajar anak-anak kami,” ungkap Gopur.
Revitalisasi tahun 2025 di SLBN Cipatujah mencakup beberapa aspek penting, di antaranya:
Rehabilitasi ruang kelas yang sebelumnya banyak mengalami kerusakan pada plafon dan lantai.
Perbaikan ruang administrasi agar pelayanan sekolah lebih tertib dan efisien.
Revitalisasi ruang keterampilan untuk mendukung pembelajaran vokasional bagi siswa.
Pembangunan Ruang Kantor Baru (RKB) sebagai pusat kegiatan tata usaha dan manajemen sekolah.
Pemlesteran halaman sekolah agar lebih rapi, aman, serta representatif untuk aktivitas siswa.
Menurut Gopur, perbaikan ini tidak sekadar mempercantik fisik bangunan, tetapi juga bagian dari strategi meningkatkan kualitas pembelajaran. “Kami ingin anak-anak belajar dalam suasana yang nyaman, bersih, dan profesional. Dengan begitu, mereka akan lebih termotivasi dan berprestasi,” ujarnya menambahkan.
Kebutuhan Mendesak: Gedung Serbaguna
Kendati program revitalisasi sudah berjalan, pihak sekolah bersama komite masih menilai adanya kekurangan yang mendesak, yaitu ketiadaan gedung serbaguna. Fasilitas ini dianggap vital untuk menunjang berbagai kegiatan siswa, baik akademik maupun nonakademik.
“Kami masih punya PR besar. Gedung serbaguna belum ada di SLBN Cipatujah. Padahal, gedung ini nantinya akan sangat berguna untuk kegiatan belajar bersama, pertunjukan seni siswa, pelatihan keterampilan, hingga kegiatan olahraga dan keagamaan,” jelas Gopur.
Pihak komite berharap pemerintah dapat kembali memberikan perhatian agar pembangunan gedung serbaguna dapat direalisasikan. Menurutnya, keberadaan fasilitas tersebut akan memperluas ruang gerak siswa sekaligus memberi wadah inklusif untuk mengembangkan bakat dan minat mereka.
Harapan Masyarakat Pendidikan Cipatujah
Masyarakat pendidikan Cipatujah melihat revitalisasi tahap awal ini sebagai langkah positif yang patut diapresiasi. Namun, mereka juga berharap perhatian pemerintah tidak berhenti sampai di sini. Perjalanan membangun pendidikan inklusif dianggap masih panjang, dan banyak aspek yang perlu didukung oleh negara maupun pemerintah daerah.
“Revitalisasi ini ibarat pintu awal. Kami berharap ada kesinambungan program. Jangan sampai selesai di rehab ruang kelas saja, sementara kebutuhan penting lainnya seperti gedung serbaguna dibiarkan terbengkalai,” tegas salah satu orang tua siswa yang turut hadir mendampingi.
Bagi masyarakat, keberadaan SLBN Cipatujah merupakan aset berharga dalam mewujudkan pendidikan yang adil dan merata. Anak-anak berkebutuhan khusus di wilayah selatan Tasikmalaya kini bisa merasakan pendidikan yang lebih layak. Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana memastikan fasilitas yang tersedia mampu menjawab seluruh kebutuhan mereka.
Pendidikan Inklusif yang Layak dan Bermartabat
Dengan adanya revitalisasi ini, SLBN Cipatujah dipandang semakin siap menjadi pusat pembelajaran inklusif yang ramah anak dan berdaya saing. Akan tetapi, langkah nyata pemerintah selanjutnya sangat ditunggu, terutama untuk menghadirkan gedung serbaguna yang sudah lama diimpikan.
Harapan komite, guru, dan orang tua siswa sejalan dengan visi besar pendidikan nasional, yakni menciptakan ruang belajar yang tidak hanya mendidik secara akademis, tetapi juga mendukung pengembangan keterampilan, bakat, dan karakter anak-anak berkebutuhan khusus.
“Semoga perjuangan kami ini mendapat respon positif. Karena pendidikan inklusif bukan hanya tentang ruang kelas, tapi juga tentang fasilitas yang bisa mengembangkan potensi setiap anak,” tutup Gopur penuh harap.
Dengan begitu, revitalisasi SLBN Cipatujah 2025 diharapkan menjadi awal dari perjalanan panjang menuju sekolah yang lebih lengkap, ramah, dan membanggakan bagi seluruh peserta didiknya. (Saepuloh)