Prof. Dr. Keni Resmi Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Manajemen UNTAR, Tekankan Nilai Kemanusiaan di Era Digital

Loading

Jakarta,TRIBUNPRIBUMI.com – Tepuk tangan bergemuruh menggema di Auditorium Gedung M Lantai 8 Kampus 1 Universitas Tarumanagara (UNTAR), Grogol, Jakarta Barat, Kamis (30/10/2025). Hari itu menjadi momen bersejarah bagi civitas akademika UNTAR, ketika Prof. Dr. Keni, SE, MM, secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen.

Acara pengukuhan berlangsung khidmat namun penuh kehangatan, dihadiri oleh para pejabat universitas, tokoh akademik, hingga tamu undangan dari berbagai lembaga pendidikan dalam dan luar negeri. Puluhan karangan bunga ucapan selamat tampak berjajar di sepanjang koridor, menandakan betapa besar apresiasi atas capaian akademik luar biasa dari sosok yang dikenal sebagai akademisi berdedikasi tinggi itu.

Orasi Ilmiah yang Menyentuh: Teknologi Harus Berjiwa Manusia

Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul “Transformasi Nilai Kemanusiaan di Era Digitalisasi Manajemen”, Prof. Keni menyampaikan gagasan mendalam tentang hubungan antara kemajuan teknologi dan nilai kemanusiaan.

“Era digital bukan sekadar soal algoritma dan teknologi, tetapi tentang nilai-nilai kemanusiaan di balik setiap klik, tayangan, dan unggahan. AI, internet, dan media hanyalah alat. Kitalah yang menentukan apakah teknologi memberi manfaat atau justru membawa kerusakan,” ungkap Prof. Keni dalam paparan ilmiahnya.

Menurutnya, tantangan terbesar dunia modern bukan pada kecepatan inovasi teknologi, melainkan pada bagaimana manusia menjaga jati dirinya di tengah derasnya arus digitalisasi. 

“Teknologi adalah hasil ciptaan manusia, tetapi nilai kemanusiaanlah yang menentukan arah peradaban digital,” tambahnya dengan penuh penekanan.

Pesan itu menjadi refleksi mendalam bagi para akademisi, mahasiswa, dan tamu undangan yang hadir. Bagi Prof. Keni, ilmu manajemen tidak hanya sebatas mengatur sumber daya, tetapi juga mengelola nilai dan perilaku manusia agar selaras dengan tujuan kemajuan bersama.

Ucapan Selamat dari Rektor UNTAR: Momentum Sejarah Bagi Kampus

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Tarumanagara, Prof. Dr. Amad Sudiro, SH, MH, M.Kn, MM, menyampaikan rasa bangga dan haru atas pengukuhan Prof. Keni. Ia menegaskan, momen ini merupakan tonggak sejarah penting bagi kampus yang dipimpinnya.

“Prof. Keni adalah profesor pertama yang saya kukuhkan sejak dipercaya menjadi Rektor UNTAR. Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami semua. Semoga pengukuhan ini menjadi awal bagi lahirnya lebih banyak guru besar di lingkungan UNTAR,” ujarnya.

Ia menambahkan, manajemen bukan hanya tentang sistem atau strategi, melainkan tentang bagaimana menggerakkan manusia untuk mencapai tujuan bersama. “Kami ucapkan selamat kepada Prof. Keni. Semoga beliau dapat terus membimbing dan melahirkan guru besar-guru besar baru di masa depan,” tambahnya.

Apresiasi dari Ketua Yayasan: Kebanggaan dan Inspirasi untuk Dunia Akademik

Sementara itu, Ketua Yayasan Tarumanagara, Prof. Dr. Ariawan Gunadi, SH, MH, juga menyampaikan apresiasi dan kebanggaan yang mendalam. Ia menilai, perjalanan akademik Prof. Keni adalah contoh nyata ketekunan, dedikasi, dan semangat pantang menyerah.

“Pencapaian ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga kebanggaan untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta seluruh keluarga besar Universitas Tarumanagara. Kami membaca biografi dan riset Prof. Keni dengan penuh kekaguman, terutama pemikiran beliau yang mengaitkan kecerdasan buatan (AI) dengan nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya.

Prof. Ariawan berharap, kehadiran Prof. Keni sebagai guru besar baru dapat membawa energi positif dan inspirasi bagi generasi akademisi muda di UNTAR maupun di luar kampus.

Dukungan dari LLDIKTI III: Guru Besar Adalah Pilar Peradaban Akademik

Sebagai bentuk penghargaan dan dukungan, Apric Wellandira Suhardi, S.AP, Ketua Tim Riset dan Pengabdian Masyarakat LLDIKTI Wilayah III, turut hadir dan menyampaikan sambutan penutup dalam acara tersebut.

“Atas nama LLDIKTI III, kami mengucapkan selamat atas pengukuhan Prof. Keni. Ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tetapi juga kebanggaan bagi Universitas Tarumanagara, dunia pendidikan, bangsa, dan negara. Guru besar adalah pilar akademik yang menjaga mutu, integritas, dan keberlanjutan ilmu pengetahuan,” tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas universitas untuk memperkuat peran riset dan pengabdian masyarakat. “Semoga momentum ini menjadi inspirasi bagi para dosen lain untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri,” tambahnya.

Kehadiran Tokoh-Tokoh Pendidikan dan Akademisi Internasional

Acara pengukuhan turut dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Rektor Universitas Taman Siswa, Prof. Dr. Otong Rosadi, SH, MH, Wakil Rektor IV AUI Malaysia, Prof. Anul Jufri, SH, MH, PhD, serta perwakilan dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Selain itu, tampak pula rekan sejawat, mahasiswa, dan alumni UNTAR yang hadir memberikan dukungan secara langsung. Mereka mengaku bangga atas capaian akademik Prof. Keni, yang dikenal tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga hangat dan rendah hati dalam keseharian.

Keteladanan Akademik dan Dedikasi Sepanjang Karier

Perjalanan karier Prof. Keni sendiri dikenal sarat dengan dedikasi dan kontribusi nyata. Ia telah aktif dalam dunia pendidikan selama puluhan tahun, baik sebagai dosen, peneliti, maupun pembimbing akademik di berbagai proyek penelitian manajemen dan inovasi bisnis.

Riset-risetnya banyak menyoroti transformasi organisasi, kepemimpinan adaptif, dan pengaruh kecerdasan buatan terhadap perilaku manusia di dunia kerja modern. Selain itu, ia juga aktif menulis berbagai karya ilmiah yang telah dipublikasikan di jurnal nasional dan internasional bereputasi.

Makna Sebuah Gelar, Amanah Sebuah Pengabdian

Di akhir acara, Prof. Keni kembali mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung perjalanan akademiknya mulai dari keluarga, dosen pembimbing, rekan sejawat, hingga mahasiswa.

“Gelar ini bukan akhir dari perjalanan, tetapi awal dari tanggung jawab baru. Menjadi guru besar bukan sekadar jabatan akademik, tetapi amanah untuk terus menebar ilmu, nilai, dan teladan bagi generasi penerus bangsa,” tutupnya dengan suara bergetar.

Sore itu, langit Jakarta mungkin biasa saja, tapi di dalam gedung M Universitas Tarumanagara, sebuah sejarah baru tengah ditulis tentang seorang perempuan akademisi yang meyakini bahwa teknologi tanpa kemanusiaan hanyalah kehampaan, dan ilmu tanpa nilai hanyalah kesia-siaan.

(Megy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *