![]()
Garut,TRIBUNPRIBUMI.com – RW 02 Desa Sukabakti, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat kini menjadi salah satu lingkungan yang dinilai paling tertib dalam pelayanan air bersih berbasis masyarakat. Di balik kemajuan itu, ada sosok Oi Sudarsono, Ketua RW 02 sekaligus Pengurus Kelompok (PK) Tirta Mandiri, yang berhasil mengubah sistem pengelolaan air bersih menjadi lebih profesional, transparan, dan berorientasi pada pelayanan.
Oi dikenal dengan prinsip kepemimpinan “kritis tapi etis”. Baginya, tugas seorang pemimpin lingkungan bukan sekadar menyampaikan gagasan, tetapi memastikan bahwa setiap ide diwujudkan dalam bentuk kerja nyata yang bisa langsung dirasakan warga.
Dikatakannya,prinsip itu ia terapkan saat membenahi sistem pembayaran air yang sebelumnya tidak teratur dan sering menimbulkan kesalahpahaman.
Reformasi Sistem Pembayaran Air: Dari Semrawut Menjadi Profesional
Sebelum dilakukan perbaikan, pembayaran air di RW 02 berjalan seadanya. Pencatatan sering membingungkan, tagihan tidak seragam, dan jadwal pembayaran tidak jelas. Hal ini menjadi sumber keluhan warga selama bertahun-tahun.
Oi lalu mengambil langkah tegas dan kreatif. Ia membentuk sistem penagihan terstruktur dengan menunjuk dua petugas khusus untuk mendatangi warga sesuai jadwal yang ditetapkan. Petugas mendata pemakaian air, menerima pembayaran, dan melaporkan seluruh transaksi secara resmi kepada pengurus RW.
Seluruh pembayaran dicatat dalam pembukuan terbuka yang bisa ditinjau warga kapan saja. Transparansi ini mendapat apresiasi luas karena memberikan kepastian dan rasa aman bagi masyarakat. Sistem baru ini juga meningkatkan kepercayaan warga terhadap pengurus lingkungan.
“Perubahan itu penting. Kita tidak bisa terus memakai cara lama yang membingungkan. Warga berhak mendapatkan pelayanan yang jelas, tegas, dan profesional walaupun ini berada di tingkat RW,” ujar Oi setelah rapat evaluasi bulanan pengurus.
Menurutnya, dua petugas penagih dipilih berdasarkan integritas dan disiplin yang tinggi, sehingga risiko kesalahan administrasi bisa ditekan. Dengan pembagian tugas yang rapi, pengelolaan air menjadi lebih efisien.
Pengabdian di Lapangan: Siaga Siang Malam Demi Air Kehidupan
Di luar administrasi, Oi juga memimpin langsung operasional Tirta Mandiri yang menjadi tumpuan kebutuhan air ratusan kepala keluarga di Kampung Panunggangan. Bersama dua rekan setianya, Pak Entang (57) dan Pak Enoy (45), ia bekerja di lapangan untuk memastikan aliran air tetap lancar.
Oi tidak segan memanggul pipa, memperbaiki sambungan bocor, hingga turun ke lokasi pada malam hari ketika terjadi gangguan mendadak. Bagi warga, pemandangan Oi bekerja di lapangan sudah menjadi hal biasa.
“Kalau air macet, kami harus langsung perbaiki. Nggak ada istilah menunggu besok. Ini kebutuhan dasar warga,” tuturnya saat ditemui, Senin, (10/11/2025) kemarin.
Baginya, air bukan sekadar komoditas, tetapi sumber kehidupan. Jika alirannya terhenti, aktivitas warga akan terganggu.
Tirta Mandiri: Sistem Swadaya yang Tertata
Sistem air bersih Tirta Mandiri dikelola dengan konsep swadaya. Warga dikenakan tarif Rp4.000 per kubik dengan pemakaian minimum sekitar empat kubik tiap bulan. Ada pula biaya beban Rp5.000 per KK. Tarif ini dinilai sangat terjangkau dan cukup untuk menopang operasional dasar.
Namun tantangan teknis tidak pernah hilang. Pompa yang sudah tua sering rusak, pipa utama perlu peremajaan, dan debit air menurun saat musim kemarau panjang. Di sinilah kekuatan gotong royong warga Panunggangan terlihat. Banyak warga turun tangan membantu perbaikan, memberikan tenaga, bahkan menyumbangkan bahan.
“Kalau ada kerusakan besar,saya sendiri juga ikut turun. Itu yang membuat kami kuat,” ujar Oi.
Dukungan Pemerintah Desa dan Harapan ke Depan
Kepala Desa Sukabakti, Wawan Gunawan, memberikan apresiasi atas dedikasi Oi yang dinilai sangat luar biasa. Ia menyebut pengabdian Oi sebagai teladan dalam membangun masyarakat melalui kerja nyata.
“Pak Oi tidak sekadar bekerja, dia mengabdi. Air bersih bukan urusan teknis semata, tetapi tentang kepedulian sosial. Apa yang dilakukan Oi itu bukti nyata dari cinta kepada warga,” ungkap Wawan.
Pemerintah desa berencana memberikan dukungan tambahan berupa fasilitas dan alat penunjang agar sistem Tirta Mandiri dapat semakin berkembang. Wawan menegaskan bahwa penguatan pelayanan dasar adalah bagian penting dari pembangunan desa.
Oi berharap bahwa ke depan, sistem air bersih di RW 02 memiliki peralatan modern dan cadangan pipa baru. Namun yang paling ia jaga adalah kekompakan warga agar semangat gotong royong tidak luntur.
“Selama warga tetap kompak, saya yakin kita bisa terus menjaga aliran air ini. Mudah-mudahan ke depan ada dukungan untuk pompa baru atau pipa tambahan,” jelasnya.
Pengabdian yang Mengalir Bersama Air
Kisah Oi Sudarsono dan tim kecilnya menjadi bukti bahwa pelayanan publik yang profesional tidak hanya bisa dilakukan oleh lembaga besar. Dengan niat tulus, disiplin, dan solidaritas, pelayanan di tingkat RW pun bisa berjalan tertib dan memberi dampak besar bagi masyarakat.
Air yang mengalir dari Tirta Mandiri bukan hanya memenuhi kebutuhan dasar warga Panunggangan, tetapi membawa nilai-nilai kehidupan nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan pengabdian tanpa pamrih.
Dari lingkungan kecil di Sukabakti, sebuah contoh lahir: bahwa pelayanan terbaik tidak harus menunggu anggaran besar atau jabatan tinggi, tetapi lahir dari kemauan untuk bekerja, peduli, dan terus memperbaiki. (*)
