Ketertutupan Menguat, Kepala Desa Cijambe Cucup Sumarna Diduga Sengaja “Matikan Hape” Saat Dana Desa Cair: Takut Wartawan atau Ada yang Disembunyikan?

Loading

Garut,TRIBUNPRIBUMI.com – Gelombang ketidakpuasan kian menguat di Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sosok Kepala Desa (Kades) Cijambe, Cucup Sumarna, kini menjadi buah bibir warga. Bukan karena prestasi atau gebrakan pembangunan, melainkan dugaan bahwa dirinya sengaja “menghilang” setiap kali dana desa cair.

Sumber-sumber di lapangan menyebut, setiap kali momentum pencairan anggaran tiba, telepon genggam milik Cucup Sumarna sulit dihubungi. Bahkan, kerap kali nomor yang biasanya aktif justru nonaktif atau sengaja mengganti nomor yang baru.

Pola ini menimbulkan dugaan serius bahwa sang kades dengan sengaja memutus komunikasi. Lebih jauh, rumor yang beredar menyebut alasan utama di balik kebiasaan tersebut: ketakutan berlebihan terhadap wartawan.

Warga Gelisah, Komunikasi Putus

Beberapa warga mengaku kecewa dengan pola komunikasi kades yang kian tertutup. “Kalau sudah waktunya pencairan, hape beliau susah dihubungi. Sering mati. Katanya takut ditelepon wartawan, tapi kan yang dirugikan warga. Kami butuh tahu aliran anggaran, progres program, tapi malah seperti ditutupi,” ungkap seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Kondisi ini menciptakan jarak yang makin lebar antara pemerintah desa dan masyarakat. Padahal, transparansi adalah roh utama pengelolaan dana desa. Tanpa keterbukaan, wajar bila warga menaruh curiga bahwa ada kepentingan yang tidak jelas.

Dari Gotong Royong ke Apatisme

Ironisnya, beberapa tahun lalu Desa Cijambe dikenal sebagai desa yang kuat dengan semangat kebersamaan. Salah satu contohnya adalah pembangunan halaman kantor desa di Dusun Tilu yang terlaksana dengan swadaya masyarakat. Proyek senilai sekitar Rp 12,4 juta itu terealisasi berkat kerja sama warga, mulai dari menyumbang tenaga, dana, hingga hasil pengelolaan tanah carik desa.

Kala itu, Cucup Sumarna bahkan memuji warganya karena mampu menghidupkan kembali nilai gotong royong. Namun, kondisi kini berbeda jauh. Kebiasaan sang kades yang diduga sengaja memutus komunikasi justru menimbulkan apatisme. Warga mulai berpikir bahwa partisipasi mereka tidak lagi bernilai karena tak ada ruang transparansi dari pemimpin sendiri.

Karakter Tertutup, Kebiasaan Sulit Dirubah

Sejumlah tokoh masyarakat menilai, pola menghindar ini bukan sekadar soal teknis. “Kalau sudah terbiasa memutus komunikasi, itu bukan kebetulan. Itu karakter. Sulit diubah. Dan kalau karakter pemimpin seperti ini, sangat berbahaya bagi jalannya pemerintahan desa,” ujar seorang tokoh masyarakat Cijambe yang enggan disebutkan namanya.

Ia menegaskan, seorang kepala desa yang takut berhadapan dengan wartawan justru memperlihatkan kelemahan mendasar. Wartawan, menurutnya, adalah mitra kritis dalam mengawal transparansi anggaran. Jika pemimpin merasa terancam hanya dengan pertanyaan media, publik wajar menduga ada sesuatu yang tidak beres di balik pengelolaan dana desa.

Wartawan Jadi “Momok”

Isu bahwa Cucup Sumarna mematikan ponselnya setiap kali dana cair karena takut ditelepon wartawan kini menjadi bahan perbincangan serius. “Kalau pemimpin alergi terhadap wartawan, itu tanda bahaya. Media itu kontrol publik. Kalau kades menutup diri, justru menimbulkan pertanyaan: apa yang disembunyikan?” ujar salah satu aktivis desa berinisial DN saat di mintai keterangan awak media pada. Minggu, (21/09/2025).

Kondisi ini menunjukkan adanya potensi krisis legitimasi. Ketakutan pada wartawan hanya akan memperkuat persepsi negatif bahwa ada praktik tidak sehat dalam pengelolaan dana desa.

Pemerintah Atasan Diminta Turun Tangan

Pengawas pembangunan desa Cijambe dari Anggaran Dana Desa (DD) Tahap II Tahun 2025. DN, menilai pemerintah tingkat kecamatan hingga kabupaten tidak boleh tinggal diam.

“Jangan sampai Desa Cijambe dibiarkan berjalan dengan pemimpin yang menutup diri. Ini bukan hanya soal komunikasi, tapi soal kredibilitas pemerintah desa di mata masyarakat,” ujarnya tegas.

Menurut DN, pengawasan anggaran harus diperketat. Pemerintah atasan perlu meninjau secara langsung pola kepemimpinan Cucup Sumarna. Jika tidak, rasa apatis warga bisa berubah menjadi penolakan terhadap program-program desa.

Pertanyaan yang Belum Terjawab

Pertanyaan besar kini menggantung di udara: mengapa seorang kepala desa justru mematikan ponsel saat dana desa cair? Apakah benar hanya karena ketakutan terhadap wartawan, atau ada hal yang lebih serius sedang ditutupi?

Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa Cijambe Cucup Sumarna belum memberikan klarifikasi resmi. Namun, publik menanti jawaban jujur dari pemimpin yang seharusnya menjadi pelayan masyarakat.

Yang pasti, jika pola tertutup ini terus berlanjut, dampaknya bisa sangat fatal. Warga kehilangan kepercayaan, roda pemerintahan desa macet, dan pembangunan terhambat. Bukan hanya kades yang dirugikan, melainkan seluruh masyarakat Desa Cijambe. (Dul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *