Garut,TRIBUNPRIBUMI.com – Di balik hiruk-pikuk pembangunan dan derap kemajuan zaman, masih ada sosok-sosok yang memilih mengabdi dalam senyap. Salah satunya adalah H. Dadang, S.D., S.Kep., Ners., S.IP., M.M.Kes, Kepala Puskesmas Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang memaknai pelayanan kesehatan bukan sekadar tugas profesi, melainkan amanah untuk menjaga napas kehidupan masyarakat di wilayah pelosok.
Bagi H. Dadang, kesehatan adalah hak paling mendasar, pondasi dari segala bentuk kemajuan bangsa. Namun, di tengah sistem yang kerap timpang, pelayanan kesehatan masih menjadi tantangan besar, terutama bagi masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kota dan berpenghasilan terbatas.
“Bagi kami, setiap warga yang datang berobat harus mendapatkan perlakuan yang sama. Sehat adalah hak semua orang, bukan milik segelintir,” ujarnya dalam sebuah kesempatan wawancara langsung diruang kerjanya pada. Rabu, (08/10/20205).
Ketimpangan yang Masih Menganga
Masalah akses kesehatan masih menjadi cerita klasik di berbagai penjuru negeri. Warga miskin sering kali menunda berobat karena takut biaya, sementara mereka yang tinggal di pedalaman harus menempuh perjalanan panjang demi sampai ke fasilitas kesehatan.
Minimnya transportasi, keterbatasan tenaga medis, hingga rendahnya literasi kesehatan menjadi tantangan nyata yang dihadapi Puskesmas Cisompet dan wilayah-wilayah serupa di Garut Selatan.
“Banyak warga masih belum memahami cara memanfaatkan BPJS Kesehatan. Edukasi kesehatan menjadi bagian penting dari pelayanan kami,” terang salah satu tenaga medis di lapangan.
Sistem Kesehatan: Pilar Pembangunan Bangsa
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, sistem kesehatan yang kuat harus bertumpu pada lima hal: pembiayaan berkelanjutan, SDM medis yang profesional, data yang akurat, fasilitas memadai, serta ketersediaan obat dan teknologi medis.
Ketika semua elemen itu berjalan seimbang, hasilnya bukan hanya menurunkan angka kematian, tapi juga meningkatkan produktivitas bangsa. “Negara sehat berarti negara kuat,” tegas WHO dalam laporan globalnya.
Pelajaran dari Sejarah, Inspirasi untuk Kini
Sejarah membuktikan betapa pelayanan kesehatan yang baik mampu mengubah arah peradaban. Cacar, misalnya, pernah menjadi momok dunia hingga akhirnya lenyap berkat sistem kesehatan global yang solid dan terkoordinasi.
Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak tenaga kesehatan di Indonesia, termasuk di Cisompet, untuk terus memperkuat peran puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan masyarakat.
Tantangan Indonesia dan Upaya Pembenahan
Indonesia masih bergulat dengan disparitas antara kota dan desa. Di Cisompet, upaya membangun kesadaran kesehatan dilakukan tidak hanya lewat pengobatan, tetapi juga melalui edukasi dan pendekatan sosial.
“Kami ingin masyarakat datang bukan hanya saat sakit, tapi juga untuk berkonsultasi, melakukan pemeriksaan rutin, dan menjaga pola hidup sehat,” kata H. Dadang.
Pemerintah sendiri tengah mendorong transformasi kesehatan nasional dengan memperluas layanan BPJS, memperkuat distribusi tenaga medis, dan mendorong digitalisasi sistem kesehatan. Namun, kolaborasi lintas sektor tetap menjadi kunci.
Menutup dengan Tekad: Sehat untuk Semua
Pelayanan kesehatan sejatinya bukan sekadar urusan medis, melainkan wujud nyata keadilan sosial. Upaya yang dilakukan oleh H. Dadang dan tim Puskesmas Cisompet menunjukkan bahwa semangat pelayanan publik masih hidup meski jauh dari sorotan kamera dan gemerlap kota.
Karena sejatinya, bangsa yang kuat bukan hanya dibangun dengan beton dan infrastruktur, tetapi dengan tubuh-tubuh sehat yang mampu bekerja, berpikir, dan berdaya.
“Kesehatan bukan kemewahan, melainkan kewajiban bersama untuk dijaga,” tutup H. Dadang penuh keyakinan. (Wawan.S)