![]()
Bandung,TRIBUNPRIBUMI.com – Di tengah derasnya persaingan industri fashion modern, seorang pengrajin lokal dari Kelurahan Binong Jati, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat berhasil membuktikan bahwa ketekunan dan kreativitas tetap menjadi kunci untuk bertahan. Supriadi (44), warga Gang Kurnia II RT 03/03, telah enam tahun lebih menggeluti profesi sebagai pengrajin rajut, sebuah keterampilan yang kini justru kembali naik daun berkat tren fashion berbahan rajutan yang semakin digemari.
Setiap hari, Supriadi bekerja di workshop kecil yang ia bangun di samping rumahnya. Di tempat sederhana itu, ia menata beberapa mesin rajut, benang berbagai warna, hingga rak tempat menyimpan pola dan contoh produk. Dari ruang kecil itulah, berbagai produk rajut berkualitas lahir sweater, cardigan, outer, syal, topi, hingga rompi rajut yang kini dipasarkan ke berbagai daerah.
Supriadi mulai menekuni dunia rajutan sejak tahun 2018. Berawal dari rasa penasaran dan keinginan untuk memiliki kemampuan baru, ia belajar secara otodidak. Mulai dari memahami cara kerja mesin rajut, teknik pola, hingga memadukan warna agar menghasilkan produk yang estetis.
Proses panjang itu membuahkan hasil; kini ia mampu membuat puluhan model pakaian rajut sesuai tren yang sedang berkembang.
“Alhamdulillah, sudah hampir enam tahun saya bergelut di rajutan. Awalnya hanya coba-coba, belajar sendiri dari melihat orang, sekarang sudah bisa produksi banyak jenis,” ungkap Supriadi saat ditemui di tempat usahanya. Sabtu, (22/11/2025).
Tidak hanya fokus pada produksi, Supriadi juga terus berkembang dalam sisi pemasaran. Ia menjalin kerja sama dengan sejumlah pedagang di Bandung dan Jakarta yang rutin mengambil barang dari workshop-nya. Permintaan dari pasar Jakarta cukup stabil, bahkan menjadi salah satu pemasukan terbesar baginya.
Selain itu, Supriadi memanfaatkan platform digital untuk memperluas jangkauan pasar. Ia menerima pesanan melalui media sosial, marketplace, hingga direct order dari pelanggan pribadi maupun bos yang sering memesan dalam jumlah besar.
“Sekarang sudah kirim ke pasar Jakarta, juga online dan pesanan dari bos. Alhamdulillah, pemasaran online sangat membantu terutama setelah pandemi,” jelasnya.
Ia mengakui bahwa perubahan pola belanja masyarakat pascapandemi membuat pemasaran online menjadi pilihan tepat. Banyak pelanggan yang sekarang mencari produk melalui internet, sehingga pengrajin perlu menyesuaikan strategi agar tidak tertinggal.
Meski bekerja sendiri, Supriadi berharap suatu saat dapat membuka lapangan kerja bagi warga sekitar yang tertarik di bidang rajut. Ia ingin membagikan pengalaman serta keterampilan yang telah ia tekuni selama bertahun-tahun.
Sementara tidak hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga membantu masyarakat sekitar memperoleh keterampilan tambahan.
“Kalau usahanya makin maju, saya ingin ada karyawan, bisa ngajarin anak muda atau warga sini yang mau belajar,” ujarnya penuh harap.
Kini, produk rajutan karya Supriadi semakin dikenal karena kualitas dan kerapihan pengerjaannya. Dalam enam tahun perjalanan, ia telah melewati berbagai tantangan, mulai dari harga bahan baku yang fluktuatif hingga persaingan dengan produk pabrikan.
Namun ketekunan, pengalaman, dan kemampuan beradaptasi membuat usahanya tetap bertahan dan bahkan berkembang.
Supriadi berharap ke depan bisa memperluas workshop, menambah mesin, dan memperbanyak variasi produk agar usahanya bisa bersaing di pasar yang lebih besar. Baginya, kerajinan rajut bukan hanya pekerjaan, melainkan bentuk karya yang memiliki nilai seni dan peluang ekonomi menjanjikan.
Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap fashion rajut, peluang yang diraih Supriadi ke depannya masih terbuka lebar. Semangat dan dedikasinya menjadi inspirasi bagi para perajin lokal lainnya untuk terus berkarya dan berinovasi. (Agus.S)
