![]()
Garut,TRIBUNPRIBUMI.com – Di usia yang sudah menginjak satu abad lebih, semangat dan keteguhan seorang kakek renta bernama Juhandi (102) masih tak pudar. Warga Kampung Parohan, RT 02 RW 03, Desa Najaten, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini, Rabu (05/11/2025), datang langsung ke Kantor Kecamatan Cibalong dengan niat tulus untuk bersilaturahmi dengan camat setempat.
Langkahnya mungkin sudah pelan, tubuhnya tampak bungkuk dimakan usia, namun semangatnya masih menyala. Dengan pakaian sederhana dan tongkat di tangan, Kake Juhandi berjalan menuju kantor kecamatan. Ia mengaku sudah lama ingin bertemu langsung dengan Camat Cibalong untuk menyampaikan beberapa keluhan dan harapannya sebagai warga yang sudah lanjut usia.
Namun, sesampainya di lokasi, niat baik itu belum bisa terlaksana karena Camat Cibalong saat itu tengah berada di Garut untuk urusan kedinasan. Meski demikian, hal tersebut tak membuat Kake Juhandi kecewa. Dengan penuh kesabaran, ia duduk di kursi depan kantor kecamatan sambil berbincang dengan staf yang menyambutnya.
Dalam perbincangan bersama awak media m, Kake Juhandi bercerita tentang maksud kedatangannya yang ia sebut sebagai bentuk cinta terhadap pemerintah daerah.
“Abdi hoyong papanggih jeung Pak Camat langsung, hayang silaturahmi, tatap muka, sareng nyampekeun pamundut. Abdi henteu nanaon kedah ngantosan,” tuturnya dengan nada lembut bercampur bahasa Sunda halus.
Kake Juhandi mengaku bahwa dirinya pernah ikut berjuang di masa kemerdekaan sekitar tahun 1945. Meski tak lagi muda, ia masih mengingat jelas masa-masa sulit perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kini, di sisa usianya yang lebih dari seabad, ia hanya berharap ada kepedulian dari pemerintah terhadap para pejuang tua dan warga yang kurang mampu di pedesaan.
“Kami dulu ikut berjuang supaya Indonesia merdeka, tapi sampai sekarang belum pernah dapat bantuan sosial. Sembako juga tidak pernah. Kami cuma ingin hidup tenang, bisa berobat, dan merasa diperhatikan,” katanya sambil menahan haru.
Menurut pengakuannya, saat ini ia tengah menderita penyakit turun bero (hernia) yang membuat aktivitasnya terbatas. Ia ingin berobat, namun terkendala biaya dan tidak memiliki jaminan kesehatan yang aktif.
“Sudah lama sakit turun bero, sering nyeri. Kadang tidak bisa jalan jauh. Tapi biaya berobat mahal, saya tidak sanggup,” ujarnya lirih.
Beberapa warga sekitar yang mengenal sosok Kake Juhandi menyebutnya sebagai pribadi sederhana, jujur, dan sangat tekun beribadah. Meski hidup seorang diri di rumah kayu sederhana, ia jarang mengeluh dan selalu berusaha mandiri.
Namun, karena faktor usia dan kesehatan, kini Kake Juhandi mulai bergantung pada bantuan dari tetangga yang iba melihat kondisinya.
Staf Kecamatan Cibalong yang menemui Kake Juhandi mengatakan akan menyampaikan langsung maksud dan permohonannya kepada Camat setelah kembali ke kantor. Mereka juga berjanji akan melakukan koordinasi dengan pemerintah desa untuk memastikan apakah Kake Juhandi sudah terdaftar dalam program bantuan sosial pemerintah.
“Kami sangat mengapresiasi semangat beliau. Kami akan bantu menyampaikan pesan dan harapannya kepada Pak Camat,” ujar salah satu staf kecamatan yang enggan disebutkan namanya.
Kisah Kake Juhandi menjadi potret nyata masih adanya warga lansia di pelosok Garut yang hidup dalam keterbatasan, namun tetap memiliki semangat tinggi untuk bersuara dan bersilaturahmi dengan pemerintah.
Dalam usianya yang sudah melewati seratus tahun, ia masih menaruh harapan agar pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap warga lanjut usia yang pernah ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
“Kuring hoyong teu nanaon, ngan hoyong diinget. Urang sepuh mah ukur butuh rasa dihargaan,” katanya sambil menatap jauh ke arah kantor kecamatan.
Semoga langkah kecil Kake Juhandi hari ini menjadi pengingat bahwa di tengah hiruk pikuk pembangunan dan urusan pemerintahan, masih ada suara-suara tua yang setia menunggu uluran tangan dan kepedulian dari negeri yang dulu turut mereka perjuangkan. (Wawan.S)
