Gerakan “Bagi-Bagi Pohon” Jadi Inspirasi Kolektif untuk Selamatkan Lingkungan
Garut,TRIBUNPRIBUMI.com – Di tengah isu pemanasan global dan menurunnya kualitas lingkungan, komunitas Libas tampil sebagai garda terdepan dalam aksi nyata penghijauan di Kabupaten Garut.
Melalui Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kehati Copong, komunitas ini menjadikan lahan publik bukan sekadar taman hijau, tetapi juga pusat pembelajaran dan inspirasi masyarakat dalam menjaga kelestarian alam.
Salah satu kegiatan yang menjadi ciri khas Libas adalah program tahunan “Bagi-Bagi Pohon untuk Masyarakat”, yang telah rutin digelar setiap tahun. Aksi ini bukan hanya membagikan bibit pohon, melainkan menanam kesadaran ekologis bahwa setiap warga memiliki tanggung jawab moral terhadap bumi.
Ratusan hingga ribuan bibit seperti mangga, jambu, mahoni, dan trembesi disalurkan ke berbagai wilayah Garut baik perkotaan maupun pedesaan dengan tujuan memperluas tutupan hijau dan memperkuat ketahanan lingkungan.
Menjalankan Amanat Konstitusi Lewat Aksi Nyata
Langkah Libas sejatinya merupakan wujud pelaksanaan amanat konstitusi dan Undang-Undang tentang hak rakyat atas lingkungan hidup yang sehat.
Konstitusi melalui Pasal 28H ayat (1) dan (2) menegaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, sementara Pasal 33 ayat (3) menyatakan bahwa sumber daya alam digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Selain itu, UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga memberikan ruang luas bagi partisipasi publik. Dalam Pasal 70, ditegaskan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan.
Gerakan “Bagi-Bagi Pohon” Libas di RTH Kehati Copong menjadi contoh konkret pelaksanaan pasal tersebut sebuah bentuk pengawasan sosial dan kontribusi rakyat terhadap kelestarian bumi.
RTH, Paru-Paru Kota dan Ruang Edukasi
Secara tata ruang, peran RTH Kehati Copong selaras dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang mengamanatkan minimal 30% wilayah kota sebagai ruang terbuka hijau. Inisiatif masyarakat seperti ini membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan keseimbangan ekologi di perkotaan.
Lebih dari sekadar area hijau, RTH Kehati Copong kini menjadi laboratorium hidup bagi pelajar, organisasi sosial, dan komunitas lingkungan. Mereka belajar langsung tentang pentingnya menanam, mengenal jenis pohon, dan memahami ekosistem alami.
Tedi Sutardi: “Kalau Pemerintah Terlambat, Rakyat Harus Bergerak Duluan”
Ketua Libas, Tedi Sutardi, menegaskan bahwa gerakan ini lahir dari kesadaran kolektif masyarakat, bukan sekadar program pemerintah.
“Kami ingin mengingatkan bahwa bumi ini milik bersama. Pohon bukan hanya tanaman, tapi nafas kehidupan. Kalau pemerintah terlambat, rakyat yang harus duluan bergerak,” ujarnya. Selasa, (14/10/2025).
Bagi Tedi, kegiatan penghijauan bukan sekadar seremonial, melainkan tanggung jawab sosial dan moral dalam menghadapi perubahan iklim, banjir, dan degradasi lingkungan.
Gerakan Akar Rumput yang Menginspirasi
RTH Kehati Copong menjadi bukti bahwa kekuatan perubahan justru lahir dari inisiatif masyarakat bawah (grassroots movement). Aksi sederhana seperti menanam pohon, jika dilakukan terus-menerus, mampu memperbaiki kualitas udara, mencegah erosi, dan menjaga keseimbangan alam.
Tak heran bila banyak pihak menilai RTH Kehati Copong sebagai model pengelolaan hijau berbasis masyarakat yang patut ditiru di wilayah lain.
Menanam Pohon, Menanam Harapan
Gerakan Libas di RTH Kehati Copong juga mencerminkan nilai luhur Pancasila, terutama sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Membagikan pohon berarti membagikan harapan akan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Kesadaran seperti ini perlu terus dipupuk melalui kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan komunitas.
Dengan semangat gotong royong dan kepedulian tulus, Libas telah menunjukkan bahwa menjaga bumi tidak harus menunggu kebijakan besar cukup dengan langkah kecil yang dilakukan bersama.
RTH Kehati Copong menjadi saksi bahwa Gerakan Hijau dari Rakyat, untuk Rakyat, benar-benar mampu mengubah wajah Garut menuju masa depan yang lebih sejuk dan lestari. (*)