Garut,TRIBUNPRIBUMI.com – Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan, yang terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, kini kian menegaskan eksistensinya sebagai ikon wisata alam unggulan Jawa Barat.
Kawasan pegunungan aktif yang terkenal dengan keindahan kawah dan padang edelweiss ini, kini tampil lebih mempesona dengan hadirnya berbagai pembangunan eksotisme baru yang mengagumkan.
Akhir pekan ini, suasana kawasan wisata tersebut tampak ramai. Para pengunjung dari berbagai daerah, termasuk Bandung, Jakarta, dan Tasikmalaya, memadati area utama TWA.
Sementara di antara para wisatawan, pasangan asal Bandung Indri (35) dan Fredy (40) menjadi saksi bagaimana Gunung Papandayan kini bertransformasi menjadi destinasi fenomenal yang memadukan pesona alam, kenyamanan fasilitas, dan tata ruang modern bernuansa alami.
“Kami terpesona dengan perubahan Papandayan sekarang. Jalur treknya lebih tertata, fasilitasnya makin lengkap, dan banyak spot baru yang indah untuk bersantai maupun berfoto. Rasanya betah banget di sini,” tutur Indri sambil menikmati udara segar di kawasan Pondok Saladah, Minggu (05/10/2025).
Fredy menambahkan, Papandayan saat ini tidak hanya memanjakan mata dengan panorama alam, tetapi juga menawarkan kenyamanan dan rasa aman bagi para pengunjung.
“Sekarang banyak gazebo baru, area berkemah tertata, dan pemandu wisata sangat ramah. Papandayan benar-benar berubah menjadi tempat wisata fenomenal yang layak dikunjungi berkali-kali,” ujarnya.
Pembangunan Eksotisme Baru yang Memukau
Dari pantauan awak media, di kawasan utama TWA Gunung Papandayan kini tampak beberapa titik pembangunan baru yang menambah daya tarik destinasi ini. Mulai dari jembatan pandang kayu alami dengan panorama kawah utama, gardu pandang sunrise, hingga jalur foto estetik bertema “Forest Path” yang dihiasi tanaman endemik khas pegunungan.
Pihak pengelola juga tengah memperluas area camping ground modern, menambah spot kuliner tradisional, serta mempercantik area Pondok Saladah dengan penerangan ramah lingkungan berbasis tenaga surya. Semua pembangunan tersebut dilakukan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem yang menjadi jiwa utama Papandayan.
Manager Pelaksana Harian TWA Gunung Papandayan, Amin Ka’ban, menyampaikan bahwa pengembangan kawasan wisata ini dilakukan secara terukur dan berprinsip konservasi berkelanjutan.
“Kami ingin Gunung Papandayan tetap menjadi destinasi wisata alam yang alami, tapi dengan fasilitas yang nyaman dan berkelas. Semua pengembangan dilakukan dengan konsep ‘green tourism’, tanpa merusak lingkungan,” jelas Amin.
Ia menambahkan bahwa pihaknya juga melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembangunan dan pengelolaan. “Kami berdayakan warga sekitar sebagai tenaga kerja dan pelaku UMKM agar mereka turut merasakan manfaat ekonomi dari tumbuhnya sektor wisata,” tambahnya.
Daya Tarik yang Selalu Dirindukan
Gunung Papandayan memang tak pernah kehilangan pesonanya. Dengan kawah aktif yang menawan, Hutan Mati yang unik dan misterius, hingga padang bunga edelweiss Tegal Alun yang disebut “surga di atas awan”, kawasan ini menyajikan pengalaman wisata yang lengkap, mulai dari petualangan, edukasi, hingga relaksasi.
Fredy, yang juga hobi fotografi, menuturkan bahwa setiap kunjungan ke Papandayan selalu menghadirkan sensasi baru.
“Sekarang banyak spot baru yang menakjubkan. View kawah lebih mudah diakses, dan panorama sunrise-nya semakin indah dengan jembatan pandang yang baru dibangun. Ini benar-benar pengalaman tak terlupakan,” ucapnya kagum.
Selain panorama, kawasan wisata ini juga semakin hidup dengan hadirnya pusat kuliner khas Garut, seperti nasi liwet, bandrek, dan kopi Papandayan yang disajikan hangat di area kafe alam. Wisatawan bisa menikmati sajian tersebut sambil menatap pemandangan gunung yang megah.
Papandayan: Simbol Wisata Alami dan Ramah Lingkungan
TWA Gunung Papandayan kini menjadi contoh sukses bagaimana pengelolaan wisata alam dapat berjalan beriringan dengan pelestarian lingkungan. Setiap pembangunan yang dilakukan selalu memperhatikan nilai estetika, keamanan, serta keberlanjutan.
Amin Ka’ban menegaskan, tujuan utama dari pengembangan ini bukan sekadar meningkatkan jumlah kunjungan, melainkan membangun kesadaran wisatawan untuk mencintai alam.
“Kami ingin setiap pengunjung pulang dengan kesan mendalam bukan hanya karena keindahannya, tapi juga karena pengalaman spiritual dan edukatifnya. Papandayan ini bukan sekadar tempat wisata, tapi ruang pembelajaran tentang bagaimana manusia hidup berdampingan dengan alam,” ujarnya.
Kini, TWA Gunung Papandayan bukan hanya sekadar destinasi favorit pendaki dan pecinta alam, tetapi juga ikon wisata fenomenal Jawa Barat yang terus berbenah dan berinovasi tanpa meninggalkan identitas kealamiannya.
Sebagaimana diungkapkan Indri dan Fredy, “Papandayan adalah tempat di mana keindahan alam dan kenyamanan bertemu. Di sini kita bisa merasa tenang, aman, dan terhubung dengan alam. Ini bukan sekadar wisata, tapi pengalaman hidup yang tak terlupakan.” (*)