Tragedi Keracunan Massal di SMKN Cipatujah: 54 Siswa Tumbang Usai Santap Makan Bergizi Gratis

Loading

Tasikmalaya,TRIBUNPRIBUMI.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menjadi upaya pemerintah untuk meningkatkan gizi siswa justru berujung malapetaka. Rabu (01/10/2025), sebanyak 54 siswa SMK Negeri Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG. Puluhan siswa itu harus mendapatkan penanganan darurat di berbagai fasilitas kesehatan di sekitar Cipatujah.

Kronologi Kejadian

Berdasarkan informasi yang dihimpun, sekitar pukul 11.00 WIB, sejumlah siswa mulai mengeluhkan mual, pusing, dan muntah setelah menyantap hidangan MBG. Awalnya hanya empat orang siswa yang mengalami gejala. Namun, dalam waktu singkat jumlah korban terus bertambah hingga puluhan orang.

“Awalnya ada empat siswa yang dibawa ke Pustu Desa Darawati karena mual. Tidak lama setelah itu, laporan terus berdatangan, jumlah siswa yang sakit semakin banyak,” ungkap salah seorang guru SMKN Cipatujah yang enggan disebutkan namanya.

Sebaran Korban

Dari total 54 siswa yang terdampak, 35 orang dirawat di Puskesmas Cipatujah, 6 orang di Puskesmas Bantarkalong, 6 orang di Puskesmas Culamega, 5 orang di Klinik H. Sayat Medika, serta masing-masing 2 orang di Klinik Tiniara Medika dan Klinik Al-Fadillah Cheras.

“Gejala yang dialami rata-rata mual, pusing, dan muntah. Sejauh ini kondisi siswa sudah mendapat penanganan medis sesuai prosedur,” jelas Kepala Puskesmas Cipatujah, Cepi Anwar, S.KM.

Dugaan Sumber Keracunan

Kepala Pustu Desa Darawati, Dindin K, membenarkan bahwa gejala yang dialami para siswa mengarah pada keracunan makanan. Ia menyebutkan, menu MBG yang dikonsumsi siswa berasal dari dapur SPPG yang lokasinya berseberangan dengan sekolah.

Salah seorang siswa penerima manfaat MBG bahkan menuturkan pengalaman tak mengenakkan sebelum menyantap hidangan.
 

“Saat mencicipi daging ayam dari menu MBG, tercium bau tidak sedap. Karena itu, saya langsung tidak melanjutkan makan,” ujarnya.

Keterangan ini semakin memperkuat dugaan adanya kontaminasi atau kualitas bahan pangan yang tidak layak dikonsumsi.

Sorotan pada Proses Distribusi MBG

Peristiwa ini menjadi pukulan telak bagi pelaksanaan program MBG yang digadang-gadang pemerintah sebagai upaya menekan angka stunting sekaligus meningkatkan gizi siswa. Pertanyaan besar kini mengemuka: bagaimana standar keamanan pangan MBG diterapkan di lapangan?

Pengelolaan dapur MBG, penyimpanan bahan makanan, hingga distribusi ke sekolah-sekolah patut ditelisik lebih dalam. Kasus di Cipatujah ini memperlihatkan adanya celah besar dalam pengawasan dan kontrol kualitas.

“Jika benar ada kelalaian dalam penyajian makanan, ini bukan sekadar insiden kecil, melainkan kelalaian fatal yang membahayakan nyawa peserta didik,” ujar salah satu praktisi kesehatan masyarakat yang enggan disebutkan namanya.

Tanggung Jawab Pihak Terkait

Pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya proses penanganan kepada tenaga medis dan instansi terkait. Namun, publik menuntut agar Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya segera turun tangan melakukan investigasi menyeluruh.

Tak hanya soal penanganan medis, tetapi juga pertanggungjawaban atas distribusi makanan yang berujung tragedi. Jika terbukti ada unsur kelalaian penyedia makanan, maka konsekuensi hukum seharusnya ditegakkan.

Suara Keluarga dan Harapan

Sementara itu, sejumlah orang tua siswa mengaku cemas dengan kondisi anak-anak mereka. “Kami hanya ingin anak-anak aman dan sehat. Kalau program ini tidak diawasi ketat, lebih baik dihentikan dulu daripada jadi bencana,” keluh seorang wali murid.

Tragedi keracunan massal di SMKN Cipatujah ini menjadi alarm keras bagi seluruh pemangku kebijakan. Program makan bergizi yang seharusnya menyehatkan justru bisa menjadi ancaman bila tidak dikelola secara profesional.

Kini, masyarakat menunggu langkah cepat pemerintah daerah maupun pusat dalam mengusut kasus ini. Jangan sampai tragedi Cipatujah hanya menjadi catatan sementara tanpa solusi nyata untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. (Saepuloh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *